Senin, 28 Februari 2011

bunda

Bunda
Kau kuat menanggung beban kandungan
Sembilan bulan
.
Bunda
Kau sabar membiarkanku berada di sana
Hingga proses kelahiran
.
Bunda
Kau saksi betapa sakit persalinan
Batas tipis hidup mati yang kau taruhkan
.
Bunda
Saat tangis mungilku terdendangkan
Berderai tangis harumu beriring senyum kebahagiaan
.
Bunda
Bayi itu kau selimuti kasih sayang
Dengan perasaan tulus tak terbantahkan
.
Bunda
Kau saksi pertama aku berceloteh mungil
Saksi pertama langkah-langkah kecil
.
Bunda
Caramu indah dalam membesarkanku
Meski harus menempuh liku-liku
.
Bunda
Saat dewasaku
Tak ingin ku menjadi saksi beribu pilumu
.
Bunda
Aku ingin kau senantiasa bahagia
Meski dalam sahaja
Bersama lelaki tercinta
Yang biasa kusapa ayahanda
.
Bunda
Aku ada

ibu

Ibu...
adalah wanita yang telah melahirkanku
merawatku
membesarkanku
mendidikku
hingga diriku telah dewasa

Ibu...
adalah wanita yang selalu siaga tatkala aku dalam buaian
tatkala kaki-kakiku belum kuat untuk berdiri
tatkala perutku terasa lapar dan haus
tatkala kuterbangun di waktu pagi, siang dan malam

Ibu...
adalah wanita yang penuh perhatian
bila aku sakit
bila aku terjatuh
bila aku menangis
bila aku kesepian

Ibu...
telah kupandang wajahmu diwaktu tidur
terdapat sinar yang penuh dengan keridhoan
terdapat sinar yang penuh dengan kesabaran
terdapat sinar yang penuh dengan kasih dan sayang
terdapat sinar kelelahan karena aku

Aku yang selalu merepotkanmu
aku yang selalu menyita perhatianmu
aku yang telah menghabiskan air susumu
aku yang selalu menyusahkanmu hingga muncul tangismu

Ibu...
engkau menangis karena aku
engkau sedih karena aku
engkau menderita karena aku
engkau kurus karena aku
engkau korbankan segalanya untuk aku

Ibu...
jasamu tiada terbalas
jasamu tiada terbeli
jasamu tiada akhir
jasamu tiada tara
jasamu terlukis indah di dalam surga

Ibu...
hanya do'a yang bisa kupersembahkan untukmu
karena jasamu
tiada terbalas

Hanya tangisku sebagai saksi
atas rasa cintaku padamu

Ibu..., I LOVE YOU SO MUCH
juga kepada Ayah...!!!

Kamis, 10 Februari 2011

10. Jack Brabham (AUS),,,,,,,,


Jack Brabham, juara dunia 3 kali yang dimenanginya pada tahun 1959, 1960 dan 1966. Dia balapan sebanyak 128 kali dalam masa 15 tahun karirnya, memenangkan 14 dari jumlah balapan tersebut dan berhasil 31 kali naik podium. Kemenangan pada tahun 1966 sangat spesial baginya karena dia memenangkannya menggunakan mobil sendiri.
9. Nelson Piquet (BRA)
Pembalap formula lain yang berhasil memenangkan juara dunia 3 kali semuanya pada tahun 1980. Dalam 207 kali balapannya dia mencatat 23 kemenangan dan 60 podium. Ayah dari Nelson Piquet Jr ini memenangkan total 481.5 point dalam karirnya.
8. Alberto Ascari (ITA)
Beberapa orang berdebat bahwa Alberto tidak pantas untuk masuk dalam daftar beberapa lainnya mengatakan bahwa dia pantas mendapatkan yang lebih tinggi. Walaupun hanya mengikuti 33 balapan dia berhasil memenangkan juara dunia 2 kali. Alasan utama dia berada dalam daftar adalah tingkat persen kemenangannya. Dia menang 13 dari 33 balapannya dan juga berhasil 17 podium.
7. Niki Lauda (AUS)
1 lagi pembalap yang berhasil mendapat juara dunia 3 kali dengan 9 tahun diantara juara dunia pertamanya dengan yang terakhir. Dia menang 25 dari 177 balapannya, finish di podium 54 kali. Dia menggunaan 5 manufaktur yang berbeda dengan 2 juara saat di Ferrari dan 1 lagi saat di McLaren.
6. Sir Jackie Stewart (SCO)
Di sebut sebagai “The Flying Scott” adalah juara dunia 3 kali (lagi?). Semua juara dunianya didapat pada tahun 1969, 1971 dan 1973. Dia memenangkan 27 dari 100 balapannya dan berhasil naik podium 43 kali yang berarti dia berhasil finish 3 teratas dalam 47% dari balapannya. Dia adalah satu-satunya yang menang juara dunia memakai mobil buatan perancis.
5. Jim Clark (SCO)
Pembalap yang berpengaruh di eranya. Dia merupakan pendahulu dari Jackie Stewart, menang juara dunia pada tahun 1963 dan 1965. Dia meninggal saat kecelakaan pada tahun 1968 ketika balapan di jerman saat setelah 8 tahun balapan. Tanpa kecelakaan dia mungkin dapat menambah juara dunianya 2 kali lagi. Dia menang 25 dari 73 balapan dan mendapatkan dirinya podium 32 kali.
4. Alain Prost (FRA)
Juara dunia 4 kali hanya 2 orang yang pernah menang lebih dari Alain Prost. Dia mempunyai rival terkemuka yaitu Ayrton Senna teman setimnya di McLaren. Dia menang 51 dari 202 balapannya, dengan 106 penampilan di podium. Point selama dia bertanding adalah point tertinggi kedua di sejarah F1. 51 kemenangannya juga merupakan total kemenangan tertinggi kedua di sejarah F1.
3. Juan Manuel Fangio (ARG)
Superstar pertama di Formula 1, Fangio mendominasi 1950s dengan memenangkan 5 juara dunia dalam dekade tersebut. Dia mencatat 5 juara duina tersebut selama 46 tahun dengan menggunakan 5 tim yang berbeda, Alfa Romeo, Maserati, Mercedez dan Ferrari masih bertahan sampai saat ini. Dia memenangkan 4 kali dalam berturut-turut (1954-1957) dan memenangkan hampir setengah dari balapan yang dia ikuti (24 dari 52). Dia juga naik podium 35 kali.
2. Ayrton Senna (BRA)
Pembalap terakhir yang meninggal saat mengandarai mobil F1. Senna dipertimbangkan untuk menjadi yang terbaik sepanjang masa. Kisah tragisnya disaksikan jutaan penonton langsung dari TV. Senna memenangkan 3 juara dunia pada tahun 1988, 1990 dan 1991. Dia memenangkan 41 dari 162 total balapannya dan mencapai podium 60 kali.
1. Michael Schumacer (GER)
Siapa yang tidak kenal Michael Schumacer ? Dominasinya dalam dunia olahraga dapat dibandingkan dengan Tiger Woods dan Roger Federer. Dia mencatat rekor juara dunia terbanyak (7 kali), kemenangan berturut turut terbanyak (5 kali), kemenangan balapan terbanyak (91 kali), rekor lap tercepat (76), pole position terbanyak (68 kali), skor point terbanyak (1.369) dan kemengan balapan terbanyak dalam single season (13 kali). Dia juga hanya pembalap yang mendapatkan finish podium dalam 1 season saat menuju kemenangan 154 podiumnya. Jadi Schumi memegang 31 rekor Formula 1. Walau dia pembalap yang kontroversial tetap dia adalah pembalap yang tangguh.

Honda's F1 History......d(^_^)b,,,,,,


The 1983 Spirit Honda 201.

To speed up development, a pair of Honda powered FW09s were hastily prepared for the final round of the season in South Africa and Keke Rosberg wasted no time proving the potential of the exciting new partnership. The Finn claimed fifth place to record Honda's first points of its second era in F1.

In 1984, Honda's technicians were faced with a new challenge as the F1 authorities introduced a fuel tank capacity limit of 220 litres along with a ban on mid-race refuelling. These stringent new regulations, aimed at constraining ultimate horsepower, forced engineers to marry efficiency with potency.

In order to gain a competitive edge, it became necessary for Honda's engine builders to decrease the weight of internal moving parts, to minimise frictional losses and to optimise fuel consumption through the use of ever more sophisticated electronic control systems.

For its first full season with Williams, Honda produced the RA164E - a heavily revised version of the RA163E. Despite some early problems largely associated with the enormously high temperatures produced by the forced induction, Rosberg scored Honda's first Grand Prix victory since 1967 on the streets of Dallas in the USA.

An all-new RA165E engine was introduced mid-way through the following season and immediately received positive reviews from Rosberg and team mate Nigel Mansell. The pair both claimed top six finishes on the new engine's debut in Canada and Rosberg took the chequered flag at the next Grand Prix in Detroit to record the second victory for a Honda turbo V6. Mansell and Rosberg won the final three races of the season to establish Williams-Honda as the team to beat in 1986 when Nelson Piquet would replace the Finn.

For 1986, a new RA166E engine was introduced to meet the demands imposed by a further lowering of fuel tank capacity limit from 220 litres to 195 litres. The new Williams-Honda FW11 dominated the championship with Mansell and Piquet taking nine wins between them to secure the Constructors' Championship for Williams-Honda with one round remaining. The Drivers' Championship, however, eluded Honda when Mansell suffered a spectacular rear tyre blow-out in the final race.


The 1986 Williams Honda FW10 driven by Keke Rosberg.

With the latest turbocharged engines now producing well in excess of 1000bhp (from just 1.5-litres), the sporting authorities sought to counter the ingenuity of F1 engine manufacturers by limiting boost pressure to 4 bar for the 1987 season.

This again forced Honda's technicians to seek new solutions... which they did successfully. With engines now being supplied to Lotus as well as Williams, Honda-powered cars took victory in 11 of the year's 16 races. The high point came at Silverstone where the Honda-powered cars of Mansell, Piquet, Ayrton Senna and Satoru Nakajima completed a 1-2-3-4 clean-sweep.

Piquet finally clinched the Drivers' Championship at the penultimate round at Suzuka, the first Japanese Grand Prix in a decade. The Brazilian's title was the first for a driver powered by a Honda engine and, at the same time, Honda had achieved its long-held ambition of victory in both the Drivers' and Constructors' World Championships.

Restrictions on turbocharged engines were further tightened for the 1988 season with boost pressure cut from 4 to 2.5 bar and fuel tank capacity reduced from 195 to 150 litres. With a new 3.5-litre normally aspirated formula due for introduction in 1989, Honda set-up a separate project to concentrate on the creation of a new 'atmo' engine. However, for 1988, Honda's engineers were determined to end the turbo era on a high note by competing with a new RA168E turbo engine designed to overcome the latest fuel-efficiency constraints.

Having ended its relationship with Williams at the end of 1987, Honda joined forces with McLaren as well as remaining with Lotus for 1988. The first ever McLaren-Honda - the MP4/4 - was an innovative machine and the new combination's dominance was total. An almost perfect record established the MP4/4 as the most successful car in F1 history.


The dominant 1987 McLaren Honda MP4/4.

Between them, Alain Prost and Ayrton Senna won 15 of 16 rounds with the Brazilian finally clinching his first world title after an heroic season-long duel with his French team-mate. The McLaren-Honda team broke many records during the final season of the turbocharged era, scoring an unprecedented 199 points and recording no fewer than ten 1-2 finishes.

To meet the new-for-1989, 3.5-litre normally aspirated engine regulations, Honda designed a brand new RA109A V10 engine for reigning champions McLaren. Only Renault and Honda opted for the novel ten-cylinder configuration though others were soon to follow suit. McLaren prepared a new MP4/5 chassis and the formidable duo of Senna and Prost were once again contracted to drive.

Despite the challenging new regulations, McLaren-Honda's winning ways continued - the team won ten of 16 races with Prost taking the title. For the third consecutive year, Honda claimed both the Drivers' and Constructors' Championships.

Not wanting to sit on its laurels, Honda's renowned engineers incorporated many innovations into a new RA100E engine for 1990. With Prost leaving for Ferrari, Gerhard Berger lined up alongside Senna in a pair of revised MP4/5B chassis. Although Ferrari mounted a serious attack, the result was another successful campaign for Honda which saw Senna reclaim the Drivers' Championship and Honda take its fifth Constructors' Championship on the trot.

Honda's constant search for areas of possible improvement based on rigorous assessment of its own achievements and comparisons of its performance with that of its closest rivals, led the company to design a new V12 engine for McLaren in 1991. An upgraded version of the championship winning V10 would be provided to Tyrrell.


The 1991 Tyrrell Honda 020.

Badged RA121E, the new V12 propelled McLaren's latest MP4/6 to victory in the year's first four Grands Prix. In total Senna scored seven wins on the way to his third Drivers' Championship with Honda in four years. With Berger winning in Japan, Honda clinched the Constructors' Championship for the sixth successive season.

A major update of the RA121E engine was introduced for McLaren in 1992 but by now, Williams had gained a major competitive edge through the introduction of active suspension, coupled with a semi-automatic gearbox and other computer-controlled features.


Ayrton Senna in the 1992 McLaren Honda MP4/7.

Honda responded by increasing power but despite Senna winning three races and Berger two - including the season finale in Australia - for the first time since 1987 the World Championship would not be won by Honda power.

Long before the title had been lost, Honda's management had already taken the major decision that 1992 was to be the last year of Honda's second period of participation in Grand Prix racing. Berger's victory in Australia was the company's 71st win in the last race of Honda's second F1 adventure.

HONDA RC212V...d(^_^)b,....


Honda RC212V merupakan sepeda motor balap jalanan yang dikembangkan untuk lomba seri MotoGP 800CC. Resmi diperkenalkan pada tanggal 30 Oktober 2006 sebagai pengganti RC211V di MotoGP, yang dikembangkan oleh Honda Racing Corporation (HRC) sepanjang tahun 2006 dan mulai resmi balap di musim 2007.

Penjelasan kode modelnya sebagai berikut:
- RC = prefix standar motor balap Honda untuk motor 4-Tak
- 212 = motor prototype kedua di abad 21
- V = konfigurasi mesin V

RC212V dibekali mesin V4 800 cc (49 cu in) berpendingin cair 4-stroke DOHC 4-valve untuk memperkuat all-new chassis yang dibuat dengan "massa terpusat" dan handling sebagai prioritas utama. Mesinnya mampu mengeluarkan tenaga sebesar 208 HP

Sejarah Honda RC211V-RC212V...d(^_^)b,....

Add caption
HONDA RC211V


Honda RC211V dikembangkan pada tahun 2001 oleh HRC (Honda Racing Corporation) untuk menggantikan Honda NSR500 karena peraturan untuk Kejuaraan Dunia balap sepeda motor kelas 500 cc (30,5 cu in) berubah drastis untuk musim 2002. Mesin 2-Tak terbatas pada 500 cc (30,5 cu in) dan 4 silinder, tetapi mesin 4-Tak diizinkan untuk memakai mesin berkapasitas sampai 990 cc (60 cu in) dengan tiga sampai enam silinder. Nama kelas telah diubah untuk MotoGP, dan terbatas hanya untuk motor prototype.

Penjelasan kode modelnya sebagai berikut:
- RC = prefix standar motor balap Honda untuk motor 4-Tak
- 211 = motor prototype pertama di abad 21
- V = konfigurasi mesin V
RC211V dibekali mesin V5 990CC (60.4 cu in) berpendingin cair 4-stroke DOHC 4-valve, mampu memberikan tenaga sebesar 237 HP